Laman

Selasa, 31 Oktober 2017

KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN EKONOMI

1) Hubungan Sistem Gerakan Benteng Soemitro Djojohadikusumo dengan Kebijakan Ekonomi Masa Kini

  Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia untuk mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir yang direncanakan oleh Sumitro Djojohadikusumo (menteri perdagangan). Program ini bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia). Programnya adalah:
Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.
Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.
Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan kredit.
Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.
Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program Gerakan Benteng dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program ini. Tetapi tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik meskipun beban keuangan pemerintah semakin besar. Kegagalan program ini disebabkan karena :
Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam kerangka sistem ekonomi liberal.
Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup mewah.
Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara cepat dari kredit yang mereka peroleh.
Dampaknya adalah program ini menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Beban defisit anggaran Belanja pada 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun sebelumnya sebesar 1,7 miliar rupiah. Sehingga menteri keuangan Jusuf Wibisono memberikan bantuan kredit khususnya pada pengusaha dan pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah sehingga masih terdapat para pengusaha pribumi sebagai produsen yang dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume impor.
Pemerintahan di masa orde reformasi yang berjalan saat ini sudah diiringi dengan berjalannya globalisasi. Dalam kontek ekonomi, globalisai dapat membentuk jaringan ekonomi global yang merangkul seluruh dunia dan mengarahkannya pada poros kendali Negara yang mempunyai kekuatan ekonomi raksasa. Hal ini akan menimbulkan ketergantungan Negara – Negara yang tidak berdaya dalam kompetisi ekonomi global. Pengaruh yang jelasa terlihat saat ini ialah dimana banyak bermunculan produk – produk unggulan dari Negara lain yang di jual dipasaran.           Bukan lima hingga sepuluh tahun lagi senjata ekonomi yang ditodongkan kepada negeri ini akan akan terus bertahan. Akan tetapi todongan senjata itu akan berbalik arah. Melalui struktur pemerintahan reformasi yang ada, sistem yang jelas dan transparan , dan peraturan yang jelas dan tegas, sikap mental yang baik serta keprofesionalan para pejabat di pemerintahan maka kurang dari lima tahun negeri ini kan berubah. Senjata ekonomi akan berbalik dan meletus kepad Negara lain.
            Negara dalam todongan senjata ekonomi merupakan tanda atau sinyal yang harus diantisipasi oleh pemerintah. Di tengah – tengah kehidupan rakyat yang diselimuti berbagai persoalan karena sikap hidup rakyat yang konsumtif bukan kreatif dan inovatif serta produktif harus di ubah kearah hidup yang mempunyai daya kekuatan besar dengan cara pemerintah harus mengkaryakan seluruh potensi sumberdaya manusia yang tersedia. Dengan demikian akan menciptakan kekuatan negeri yang mampu melawan kekuatan ekonomi raksasa. Menghimpun potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam akan mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Negara dalam todongan senjata ekonomi akan membangun sikap mental untuk mengembalikan kepercayaan rakyat kepada pemerintah

2) Perbandingan Sistem Gunting Syarifuddin dengan Sistem Redominasi
a. Sanering
Pada tanggal 19 Maret 1950, sanering pertama kali dikenal dengan nama "gunting syafrudin" dimana uang kertas betul-betul digunting menjadi dua secara fisik dan nilainya. Dia memerintahkan agar seluruh ‘uang merah’ NICA (Nederlandsch IndiΓ« Civil Administratie) dan uang De Javasche Bank/DJB (bentukan penjajah belanda yang kemudian berubah nama menjadi BI/Bank Indonesia) yang bernilai rp 5 ke atas digunting menjadi dua bagian.
·           Gunting Sjafruddin adalah kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Syafruddin Prawiranegara, Menteri Keuangan dalam Kabinet Hatta II, yang mulai berlaku pada jam 20.00 tanggal 10 Maret 1950.
·          Gunting Syafrudin adalah plesetan yang diberikan rakyat atas kebijakan ekonomi (khususnya moneter) yang ditetapkan mulai berlaku Jumat, 10 Maret 1950.
Menurut kebijakan itu, "uang merah" (uang NICA) dan uang De Javasche Bank dari pecahan Rp 5 ke atas digunting menjadi dua. Guntingan kiri tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai setengah dari nilai semula sampai tanggal 9 Agustus pukul 18.00. Mulai 22 Maret sampai 16 April, bagian kiri itu harus ditukarkan dengan uang kertas baru di bank dan tempat-tempat yang telah ditunjuk. Lebih dari tanggal tersebut, maka bagian kiri itu tidak berlaku lagi alias dibuang.
Guntingan kanan dinyatakan tidak berlaku, tetapi dapat ditukar dengan obligasi negara sebesar setengah dari nilai semula, dan akan dibayar 40 tahun kemudian dengan bunga 3% setahun. "Gunting Sjafruddin" itu juga berlaku bagi simpanan di bank. Pecahan Rp 2,50 ke bawah tidak mengalami pengguntingan, demikian pula uang ORI (Oeang Republik Indonesia). Kebijakan ini dibuat untuk mengatasi situasi ekonomi negara yang saat itu sedang terpuruk yaitu utang menumpuk, inflasi tinggi dan harga melambung. Dengan politik pengebirian uang tersebut, bermaksud menjadi solusi jalan pintas untuk menekan inflasi, menurunkan harga barang dan mengisi kas pemerintah untuk membayar utang yang besarnya diperkirakan akan mencapai Rp 1,5 milyar.
Pada tanggal 25 Agustus 1959 terjadi sanering kedua yaitu uang pecahan Rp 1000 (dijuluki Gajah) menjadi Rp 100, dan Rp 500 (dijuluki Macan) menjadi Rp 50. Deposito lebih dari Rp 25.000 dibekukan. 1 US $ = Rp 45. Setelah itu terus menerus terjadi penurunan nilai rupiah sehingga akhirnya pada Bulan Desember 1965, 1 US $ = Rp 35.000.
Seperti juga ‘gunting Syafrudin’, politik pengebirian uang yang dilakukan soekarno membuat masyarakat menjadi panik. Apalagi diumumkan secara diam-diam, sementara televisi belum muncul dan hanya diumumkan melalui RRI (Radio Republik Indonesia). Karena dilakukan hari Sabtu, koran-koran baru memuatnya Senin. Dikabarkan banyak orang menjadi gila karena uang mereka nilainya hilang 50 persen. Yang paling menyedihkan mereka yang baru saja melakukan jual beli tiba-tiba mendapati nilai uangnya hilang separuh.
Pada tanggal 13 Desember 1965 dilakukan Sanering yang ketiga yaitu terjadi penurunan drastis dari nilai Rp 1.000 (uang lama) menjadi Rp 1 (uang baru). Sukarno melakukan sanering akibat laju inflasi tidak terkendali (650 persen). Harga-harga kebutuhan pokok naik setiap hari sementara pendapatan per kapita hanya 80 dolar US.
Sebelum sanering, pada bulan november 1965 harga bensin naik dari rp 4/liter menjadi rp 250/ liter (naik 62,5 kali). Nilai rupiah anjlok tinggal 1/75 (seper tujuh puluh lima) dari angka rp 160/ us$ menjadi Rp 120,000 /us$.
Setelah sanering ternyata bukan terjadi penurunan harga malah harga jadi pada naik. Pada tanggal 21 Januari 1966 harga bensin naik dari rp 250/liter menjadi rp 500/ liter & harga minyak tanah naik dari rp 100/ltr menjadi rp 200/ltr (naik 2 kali).
Sesudah itu tanpa henti terjadi depresiasi nilai rupiah sehingga ketika terjadi krisis moneter di Asia pada tahun 1997 nilai 1 us $ menjadi rp 5.500 dan puncaknya adalah mulai April 1998 sampai menjelang pernyataan lengsernya suharto maka nilai 1 us $ menjadi rp 17.200. Lalu apakah kebijakan politik pengebirian nilai fiat money (uang kertas) ini bakal terulang lagi? Sebenarnya pengebirian nilai fiat money ini terjadi secara halus dan perlahan tapi pasti, buktinya bisa dilihat dari kenaikkan harga barang dari tahun ke tahun, yang sesungguhnya adalah pengurangan nilai fiat money. Padahal harga barang itu tetap, tapi karena nilai fiat money yang kita pegang angkanya makin banyak tapi daya belinya makin turun.
Sanering Rupiah adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai uang. Hal yang sama tidak dilakukan pada harga-harga barang, sehingga daya beli masyarakat menurun. Dampak  dari sanering, menimbulkan banyak kerugian karena daya beli turun drastis. Tujuan dari sanering, mengurangi jumlah uang yang beredar akibat lonjakan harga-harga. Katanya program sanering itu dilakukan karena ekonomi negara itu sangat buruk yang mendekati ambruk karena hiper inflasi.
Nilai uang terhadap barang dari sanering, nilai uang terhadap barang berubah menjadi lebih kecil, karena yang dipotong adalah nilainya. Kondisi saat dilakukan, dalam kondisi makro ekonomi tidak sehat, inflasi sangat tinggi (hiperinflasi). Masa transisi, Sanering tidak ada masa transisi dan dilakukan secara tiba-tiba. Contoh:  Pada sanering, bila terjadi sanering per seribu rupiah, maka dengan Rp 4,5 hanya dapat membeli 1/1000 atau 0,001 liter bensin.

   b. Redonominasi
Topik yang sedang menarik perhatian publik saat ini adalah redenominasi rupiah. Rencana Bank Indonesia untuk melakukan redenominasi rupiah banyak mengundang kritik dari berbagai pihak dari ahli ekonomi, pengamat bursa saham, pelaku bisnis dan lain-lainnya. Bank Indonesia mengatakan, redenominasi rupiah tidak sama dengan sanering atau pemotongan nilai mata uang. Sebab, dalam redenominasi meski tiga angka nol terakhir dihilangkan, tapi nilainya sama.
Redenominasi Rupiah adalah menyederhanakan denominasi (pecahan) mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Hal yang sama secara bersamaan dilakukan juga pada harga-harga barang, sehingga daya beli masyarakat tidak berubah.
Dampak dari Redenominasi, Pada redenominasi, tidak ada kerugian karena daya beli tetap sama. Menurut BI uang dengan nominal besar kurang efisien serta merepotkan pembayaran. Oleh karena kebijakan tersebut akan bermanfaat besar bagi perekonomian yang akan membuat pencatatan dan pembukuan akan lebih efisien.
Latar Belakang Kebijakan Redenominasi, Bank Indonesia sedang mengkaji kebijakan redenominasi atas mata uang rupiah. Kebijakan ini diambil setelah hasil riset World Bank yang menyebutkan, Indonesia termasuk negara pemilik pecahan mata uang terbesar kedua di dunia setelah Vietnam. Uang pecahan terbesar di tanah air Rp 100.000, hanya kalah oleh dong Vietnam (VND) 500.000.
Tujuan dari Redenominasi, menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan nyaman dalam melakuan transaksi.Tujuan berikutnya, mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan negara regional. Nilai uang terhadap barang dari Redenominasi, tidak berubah, karena hanya cara penyebutan dan penulisan pecahan uang saja yang disesuaikan.
Kondisi saat dilakukannya Redenominasi, Redenominasi dilakukans saat kondisi makro ekonomi stabil. Ekonomi tumbuh dan inflasi terkendali.
Masa transisi, Redenominasi dipersiapkan secara matang dan terukur sampai masyarakat siap, agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat.


3) Maksud dan Tujuan Nasionalisasi De Javasche Bank
Pada tahun 1800, pasca pembubaran VOC, pemerintah Hindia Belanda mengalami berbagai macam kesulitan ekonomi. Berbagai macam kebijakan keuangan harus dilakukan sendiri tanpa pengaturan dari bank sirkulasi. Pemerintah juga sangat kewalahan menghadapi kebijakan moneter dan fiskal tanpa adanya lembaga keuangan lainnya serta dalam neraca perdagangan juga Pemerintah Hindia Belanda sangat membutuhkan emas dan perak untuk menutupinya. Kondisi inilah yang menyebabkan pendirian bank sirkulasi untuk Pemerintah Hindia Belanda.
Pada 16 Juli 1823, negeri Belanda mengirimkan rancangan oktroi untuk suatu bank yang akan disebut sebagai Der Nederlandsceh Oost-Indische Bank. Pada tahun 1922, De Javasche Bank telah mengalami berbagai perkembangan, baik dari segi usaha maupun jaringan kantornya serta hukumnya juga mengalami perubahan. Pada oktroi ke-8, secara garis besar fungsi dan tugas De Javasche Bank berdasarkan Bankwet 1922, antara lain:
a. Mengeluarkan uang kertas.
b. Memperdagangkan logam mulia dan alat-alat pembayaran luar negeri.
c. Memberikan kredit kepada perusahaan dan perseorangan.
d.  Memberikan uang muka kepada perusahaan-perusahaan dengan jaminan surat-surat berharga atau barang dagangan.
e.  Bertindak sebagai kasir pemerintah dan memberikan uang muka jangka pendek kepada Pemerintah Hindia Belanda sampai sejumlah 6 juta gulden tanpa bunga.
f.   Menyelenggarakan kliring antarbank.

Alasan dilakukan Nasionalisasi De Javache Bank, antara lain :
1. Republik Indonesia sebagai negara yang berdaulat dan merdeka harus memiliki Bank sentral yang bersifat nasional dan murni kepemilikan Bangsa Indonesia.
2. Untuk menjamin kepentingan Umum.
3. Karena De Javasche Bank masih bersifat partikeler atau milik asing bukan nasioanal.
4. Untuk mengakhiri kedudukan De Javasche Bank yang masih ada campur tangannya dengan Belanda.


4) Pembentukan Biro Perancang Negara dibandingkan dengan Repelita dan Kabinet Kerja Saat Ini
Pemerintah Letjen Soeharto (Orde Baru) yang dijalankan sejak terbentuknya Kabinet Ampera mempunyai tugas menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai prasyarat pelaksanaan pembangunan nasional. Tugas Kabinet Ampera disebut Dwidarma Kabinet Ampera. Program kerjanya disebut Caturkarya yang isinya adalah mencukupi kebutuhan sandang dan pangan; melaksanakan pemilihan umum(pemilu); melaksanakan politik luar negeri bebas aktif; dan melanjtkan perjuangan antiimperialisme dan kolonialisme.
Jenderal Soeharto melanjutkan pembangunan yang telah dilakukan Kabinet Ampera dengan membentuk cabinet pembangunan pada tanggal 6 juni 1968. Tugas pokok Kabinet Pembangunan disebut Pancakrida. Dalam upaya melaksanakan pembangunan dibidang ekonomi, pemerintah Jenderal Soeharto yang dikenal juga sebagai pemerintahan Orde Baru melaksanakannya melalui Repelita (rencana pembangunan lima tahun).
Repelita dilaksanakan mulai tanggal 1 April 1969. Pembangunan ekonomi pada masa orde baru diarahkan pada sector pertanian. Hal itu dikerenakan kurang lebih 55% dari produksi nasional berasal dari sector pertanian dan juga 75% pendudukan Indonesia memperoleh penghidupan dari sector pertanian. Bidang sasaran pembangunan dalam Repelita, antara lain bidang pangan, sandang, perbaikan prasarana, rumah rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Jangka waktu pembangunan orde baru dapat dibedakan atas dua macam, yaitu program pembangunan jangka pendek dan program pembangunan jangka panjang. Program pembangunan jangka pendek sering disebut pelita (pembangunan lima tahun), adapun program pembangunan jangka panjang terdiri atas pembangunan jangka pendek yang saling berkesinabungan. Masa pembangunan jangka oanjang direncanakan selama 25 tahun. Modernitas memerlukan sarana, salah satunya dengan pengadaan sarana fisik. Pembangunan yang dilaksanakan di realisasikan dalam system pembangunan nasional yang dilaksanakan dengan bentuk Pembangunan Lima Tahun (PELITA).

     1) Pelita I
 Pada 1 April 1969 dimulailah pelaksanaa pelita 1 yaitu pada periode 1969-1974. Pada pelita 1 ini, orde baru menyelesaikan fase stabilitas dan rehabilitasi sehingga dapat menciptakan keadaan yang stabil. Selama beberapa tahun, sebelum orde baru keadaan ekonomi mengalami kemerosotan. Pada 1955-1960 laju inflasi rata-rata 25% per tahun, dalam periode 1960-1965 harga-harga meningkat dengan laju rata-rata 226% per tahun, dan pada 1966 laju inflasi mencapai puncaknya, yaitu 650% setahun. Kemerosotan ekonomi tersebut terjadi di segala bidang akibat kepentingan ekonomi dikorbankan demi kepentingan politik.
Pada masa orde baru, kemerosotan ekonomi dapat dikendalikan. Pada 1976, laju inflasi dapat ditekan menjadi 120%, atau seperlima dari tahun sebelumnya. Pada 1968, inflasi dapat ditekan lagi menjadi 85%. Berdasarkan hasil-hasil yang telah dicapai, kemudian dimulailah pelaksanaan pelita 1 pada tahun 1969. Adapun titik berat pelita 1 adalah pada sector pertanian dan industry yang mendukung sector pertanian.
 Adapun sasaran pelita 1, yaitu meningkatkan pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Pelaksanaan pelita 1 termasuk
pembiayaannya selalu disetujui DPR dengan membuat undang-undang sesuai ketentuan UUD 1945.

     2) Pelita II
Pelita 1 berakhir pada 31 Maret 1974, yang telah meletakan dasar-dasar yang kuat bagi pelaksanaan pelita I. MPR hasil pemilu 1971 secara aklamasi memilih dan mengangkat kembali jendral soeharto sebagai presiden RI. Selain itu, MPR hasil pemilu 1971 berhasil pula menyusun GBHN melalui Tap MPR RI No IV/MPRS/1973. Di dalam GBHN 1973 terdapat rumusan pelita II, yaitu :
a)      Tersedianya bahan pangan dan sandang yang cukup dan terjangkau oleh daya beli masyarakat;
 b)      Tersedianya bahan-bahan bangunan perumahan terutama bagi kepentingan masyarakat;
c)      Perbaikan dan peningkatan prasarana;
d)     Peningkatan kesejahteraan rakyat secara merata;
e)      Memperluas kesempatan kerja.
Untuk melaksanakan pelita II, presiden soeharto kemudian membentuk cabinet pembangunan II. Program kerja cabinet pembangunan II, disebut Sapta Krida Kabinet Pembangunan II, yang meliputi:
a)      Meningkatkan stabilitas politik;
b)      Meningkatkan stabilitas keamanan;
c)      Melanjutkan pelita 1 dan melaksanakan pelita II;
d)     Meningkatkan kesejahteraan rakyat;
e)      Melaksanakan pemilihan umum.

     3) Pelita III
Pada 31 Maret 1979, Pelita III mulai dilaksanakan. Titik berat pembangunan pada pelita III adalah pembangunan sector pertanian menuju swasembada pangan yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Sasaran pokok pelita III diarahkan pada trilogy pembangunan dan delapan jalur pemerataan.
a) Trilogi pembangunan mencakup:
1)      Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terwujudnya keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia;
2)      Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi;
3)      Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
b)  Delapan jalur pemerataan mencakup:
1)      Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok, yaitu sandang, pangan, dan perumahan;
2)      Bagi rakyat banyak;
3)      Pemerataan kesempatan memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan;
4)      Pemerataan pembagian pendapatan;
5)      Pemerataan memperoleh kesempatan kerja;
6)      Pemerataan mempreoleh kesempatan berusaha;
7)      Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khusunya bagi generasi muda dan kaum wanita;
8)      Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah Indonesia;
9)      Pemerataan memperoleh keadilan.
Terpilih menjadi presiden RI untuk kedua kalinya MPR hasil pemilu membentuk kabinet pembangunan III. Kabinet ini dilantik secara resmi pada 31 Maret 1978.
     Program kerja kabinet pembangunan III, disebut Sapta Krida Pembangunan III, yang meliputi:
1.      Menciptakan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia dnegan memeratakan hasil pembangunan;
2.      Melaksanakan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi;
3.      Memelihara stabilitas keamanan yang mantap;
4.      Menciptakan aparatur Negara yang bersih dan berwibawa;
5.      Membina persatuan dan kesatuan bangsa yang kukuh dan dilandasi oleh penghayatan dan pengamalan pancasila;
6.      Melaksanakan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, dan rahasia;
7.      Mengembangkan politik luar negri yang bebas aktif untuk diabdikan kepada kepentingan nasional.

     4) Pelita IV        
Pelita III berakhir pada 31 Maret 1989 yang dilanjutkan dengan pelaksanaan pelita IV yang dimulai 1 april 1989. Untuk ketiga kalinya jenderal soeharto terpilih dan diangkat kembali oleh MPR hasil pemilu. Untuk melaksanakan pelita IV, presiden seharto membentuk cabinet pembangunan IV. Titik berat pelita IV adalah pembangunan sector pertanian untuk melanjutkan usaha-usaha menuju swasembada pangan dan meningkatkan industry yang dapat menghasilkan mesin-mesin sendiri, baik untuk mesin-mesin industry ringan maupun industry berat.        
Sasaran pokok pelita IV yaitu sebagai berikut:
 a)      Bidang politik, yaitu berusaha memasyarakatkan P4 (Pedoman,Penghayatan,dan Pengamalan Pancasila).
 b)      Bidang pendidikan, menekankan pada pemerataan kesempatan belajar dan meningkatkan mutu pendidikan.
c)      Bidang keluarga berencana (KB), menekankan pada pengendalian laju pertumbuhan penduduk yang dapat menimbulkan masalah nasional.

    5) Pelita V        
Pelita IV berakhir pada 31 Maret 1994 yang dilanjutkan oleh pelaksanaan pelita V yang dimulai 1 April 1994. Pelita V ini merupakan pelita terakhir dari keseluruhan program pembangunan jangka panjang pertama (PPJP 1). Pelita V merupakan masa tinggal landas untuk memasuki program pembangunan jangka panjang kedua (PPJP II), yang akan dimulai pada pelita VI pada april 1999.
Titik berat pelita V adalah meningkatkan sector pertanian untuk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan prduksi hasil pertanian laiinya serta sector industri, khususnya industry yang menghasilkan barang untuk ekspor, industry yang banyak tenaga kerja, industri pengolahan hasil pertaian, dan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri menuju terwujudnya struktur ekonomi yang seimbang antara industry dengan pertanian, baik dari segi nilai tambah maupun dari segi penyeraan tenaga kerja.

   6)      Pelita VI        
Pelita V berakhir pada 31 Maret 1999yang dilanjutkan oleh pelaksanaan pelita VI yang dimulai pada 1 April 1999. Pada akhir pelita V diharapkan akan mampu menciptakan landasan yang kukuh untuk mengawali pelaksanaan pelita VI dan memasuki proses tinggal landas menuju pelaksanaan program pembangunan jangka panjang kedua (PPJP II) . Titik berat pelita VI diarahkan pada pembangunan sector-sektor ekonomi dengan keterkaitan antara industri dan pertanian serta bidang pembangunan lainnya dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.        
 Sasaran pembangunan industry dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun VI sebagai bagian dari sasaran bidang ekonomi sesuai amanat GBHN 1993 adalah tertata dan mantapnya industry nasional yang mengarah pada penguatan, pendalaman, peningkatan, perluasan, dan penyebaran industry ke seluruh wilayah Indonesia, dan makin kukuhnya struktur industry dengan peningkatan keterkaitan antara industry hulu, industry antara, dan industry hilir serta antara industry besar, industry menengah, industry kecil, dan industry rakyat. Serta keterkaitan antara sector industry dengan sector ekonomi lainnya. Pelita VI yang diharapkan menjadi proses lepas landas Indonesia kea rah yang lebih baik lagi, malah menjadi gagal landas, Indonesia dilanda krisis ekonomi yang sulit diatasi pada akhir tahun 1997.
Namun, pelaksanaan PPJP II tidak berjalan lancar akibat krisis ekonomi dan moneter melanda Indonesia. Inflasi yang tinggi akibat krisis ekonomi menyebabkan terjadinya gejolak social yang mengarah pada pertentangan terhadap pemerintah orde baru.


5) Sistem Ekonomi Ali-Baba dan Tujuan

Pada masa pemerintahan kabinet Ali Sastroamidjojo I (Agustus 1954 - Agustus 1955), menteri prekonomian Mr. Iskaq Cokrohadisuryo memperkenalkan sistem ekonomi baru yang dikenal dengan sistem Ali-Baba. Artinya, bentuk kerjasama ekonomiantara pengusaha pribumi yang diidentikkan dengan Ali dan penguaha Tionghoa yang diidentikkan dengan Baba. Sistem ekonomi ini merupakan penggambaran ekonomi pribumi – China. Sistem ekonomi Ali Baba memajukan perekonomian Indonesia. Dengan dilaksanakannya sistem seperti ini, pengusaha pribumi memiliki kewajiban untuk memberikan latihan dan juga tanggung jawab kepada pekerja asal Indonesia, agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf. Kemudian pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Selain itu, pemerintah juga memberikan perlindungan bagi pengusaha pribumi, agar dapat bersaing dengan pengusaha-pengusaha asing.
Berikut tujuan secara rinci dari program ini adalah :
i.Untuk memajukan pengusaha pribumi.Agar para pengusaha pribumi bekerjasama memajukan ekonomi nasional.
ii.Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam rangka merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
iii.Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi dan non pribumi.

Namun, ternyata dalam praktiknya, kebijakan ini tidak dapat berjalan dengan baik. Yang menjadi salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengalaman yang dimiliki oleh pengusaha pribumi. Hal ini disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu yang membuat pengusaha Indonesia hanya dijadikan sebagai alat bagi para pengusaha Tionghoa untuk memperoleh kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi memiliki pengalaman dalam memperoleh bantuan kredit.
Sistem Ekonomi Ali Baba mengalami kegagalan karena beberapa hal berikut :
Kredit yang digunakan ternyata tidak digunakan secara benar oleh para pengusaha pribumi (indonesia) dalam rangka mencari keuntungan tetapi malah dipindahkan kepada pengusaha tionghoa secara sepihak.
Kredit yang diberikan pada awalnya dimaksudkan untujk mendorong kegiatan produksi tapi malah diselewengkan untuk kegiatan konsumsi
Kegagalan pengusaha pribumi dalam memanfaatkan kredit secara maksimal sehingga kurang berdampak positif terhadap perekonomian indonesia waktu itu.


6) Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan program yang silih berganti menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi yang menyebabkan terjadinya kemerosotan ekonomi, inflasi, dan lambatnya pelaksanaan pembangunan. Program yang dilaksanakan umumnya merupakan program jangka pendek, tetapi pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut Biro Perancang Negara. Tugas biro ini merancang pembangunan jangka panjang. Ir. Juanda diangkat sebagai menteri perancang nasional. Biro ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961 dan disetujui DPR pada tanggal 11 November 1958. Tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap). Pembiayaan RPLT diperkirakan 12,5 miliar rupiah.

RPLT mengalami kegagalan disebabkan oleh Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun 1957 dan awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot. Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi. Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang melaksanakan kebijakan ekonominya masing-masing.

Senin, 02 Oktober 2017

KONDISI POLITIK PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL

KONDISI POLITIK PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL

1.    Bagaimana Kondisi Sosial Budaya Pada Masa Kabinet Natsir ?

a)    Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.

b)    Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.

c)    Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.

d)    Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.

e)    Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.


2.    Pada masa Kabinet Sukiman, telah terjadi Peristiwa MSA. Apa keuntungan dan akibat bagi Indonesia sendiri ?


Kejatuhan Kabinet Soekiman merupakan akibat dari ditandatanganinya persetujuan bantuan ekonomi dan persenjataan dari Amerika Serikat kepada Indonesia atas dasar Mutual Security Act ( MSA ). Peretujuan ini menimbulkan tafsiran bahwa Indonesia telah memasuki Blok Barat, yang berarti bertentangan dengan prinsip dasar politik luar negri Indonesia yang bebas aktif. Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus mengembalikan mandatnya kepada presiden.

Kelebihan secara umum pada masa kabinet ini adalah :

a)    Pembuatan kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan legislatif dan eksekutif

b)    Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijkan jelas

c)    Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan


3.    Analisis Peristiwa Tanjung Morawa pada masa Kabinet Wilopo !

Latar belakang

        Peristiwa Tanjung Morawa terjadi disebabkan pula oleh adanya ketidakpuasan petani yang hendak dipindahkan ketempat yang lain oleh pemerintah dalam hal ini oleh Gubernur Sumatera Utara Abdul Hakim, karena proses dan hasil yang diperoleh sangat jauh berbeda dengan tanah yang telah mereka tempati sebelumnya. Akibatnya ketidakpuasan ini mengarah pada aksi demonstrasi untuk menggagalkan pentraktoran. Peristiwa Tanjung Morawa mendapat reaksi baik dari pemerintah pusat, pihak oposisi, maupun masyarakat. Karena peristiwa itulah golongan yang anti kabinet, termasuk tokoh-tokoh penganjur persatuan dari PNI, mencela tindakan pemerintah. Akibatnya Sidik Kertapati dari SAKTI (Sarekat Tani Indonesia) yang berhaluan kiri mengajukan mosi tidak percaya kepada cabinet dan sebelum mosi diputuskan, kabinet Wilopo mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno pada tanggal 2 Juni 1953.

Kronologi Peristiwa

         Pada tahun 1953 Pemerintah RI Karesidenan Sumatera Timur merencanakan untuk mencetak sawah percontohan di bekas areal perkebunan tembakau di desa Perdamaian,Tanjung Morawa. Akan tetapi areal perkebunan itu sudah ditempati oleh penggarap liar. Di antara mereka terdapat beberapa imigran gelap Cina. Usaha pemerintah untuk memindahkan para penggarap dengan memberi ganti rugi dan menyediakan lahan pertanian, dihalang-halangi oleh Barisan Tani Indonesia (BTI), organisasi massa PKI. Oleh karena cara musyawarah gagal, maka pada tanggal 16 Maret 1953 pemerintah terpaksa mentraktor areal tersebut dengan dikawal oleh sepasukan polisi. Untuk menggagalkan usaha pentraktoran, BTI mengerahkan massa yang sudah mereka pengaruhi dari berbagai tempat di sekitar Tanjung Morawa. Mereka bertindak brutal. Polisi melepaskan tembakan peringatan ke atas, tetapi tidak dihiraukan, bahkan mereka berusaha merebut senjata polisi. Dalam suasana kacau, jatuh korban meninggal dan luka-luka.


4.    Pada masa Kabinet Sastroamijoyo terjadi koalisi antara PNI dan NU dan Masyumi menjadi oposisi. Apa dampaknya kondisi politik di Indonesia!

Dipimpin Oleh : Mr. Ali Sastroamijoyo

Program        :

1.      Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan Pemilu.

2.      Pembebasan Irian Barat secepatnya.

3.      Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.

4.      Penyelesaian Pertikaian politik

Hasil               :

·         Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada 29 September 1955.

·         Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.

Kendala/ Masalah yang dihadapi            :

·         Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan, seperti DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.

·         Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam tubuh TNI-AD. Masalah TNI –AD yang merupakan kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober 1952. Bambang Sugeng sebagai Kepala Staf AD mengajukan permohonan berhenti dan disetujui oleh kabinet. Sebagai gantinya mentri pertahanan menunjuk Kolonel Bambang Utoyo tetapi panglima AD menolak pemimpin baru tersebut karena proses pengangkatannya dianggap tidak menghiraukan norma-norma yang berlaku di lingkungan TNI-AD. Bahkan ketika terjadi upacara pelantikan pada 27 Juni 1955 tidak seorangpun panglima tinggi yang hadir meskipun mereka berada di Jakarta. Wakil KSAD-pun menolak melakukan serah terima dengan KSAD baru.

·         Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang menunjukkan gejala membahayakan.

·         Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.

·         Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU memutuskan untuk menarik kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya.

Berakhirnya kekuasaan kabinet   :

Nu menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden.


5.    Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap terjadi pelaksanaan pemilu pertama kali,
apa tujuan dan apkah demokrasi sudah diterapkan pada saat itu ?

Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.


6.    Analisis Gerakan Assaat pada masa Kabinet Sasroamidjojo !

Pada masa Kabinet Ali Sastroamidjojo ke-2, muncul "Gerakan Assaat", suatu gerakan yang diprakarsai Mr.Assaat. Gerakan ini menuntut pembedaan perlakuan dan pemberian fasilitas kepada pengusaha-pengusaha "asli" dan "pribumi". Mr.Assaat yang pada saat itu menjadi anggota parlemen yang dekat dengan Masjumi, mendesak pemerintah agar mengeluarkan peraturan untuk menghentikan keterlibatan orang-orang Tionghoa, baik warga negara Indonesia maupun asing, dari berbagai bidang usaha yang dianggap menguntungkan. Dengan terus terang ia menyatakan kesiapannya untuk menjalankan program-program anti Tionghoa. Menurut pandangannya, orang Tionghoa tidak bisa dipercaya dan tidak boleh dibiarkan menguasai ekonomi Indonesia. Ia juga menyerang orang Tionghoa sebagai golongan yang tidak loyal kepada negara, malahan menyatakan bahwa golongan keturunan Arab berbeda dengan orang Tionghoa dan harus dikatagorikan sebagai "asli".

7.    Pada masa Kabinet Djuanda ini terdapat kalimat Perdana Menteri tanpa formatur. Apa maksudnya dan mengapa muncul Deklarasi Djuanda!

Setelah Kabinet Ali Sastroamidjojo I dinyatakan demisioner, Hatta selaku pejabat Presiden, Presiden Soekarno sedang menunaikan ibadah haji, segera mengadakan pertemuan dengan pimpinan partai untuk menentukan formatur kabinet. Formatur kabinet mempunyai tugas pokok membentuk kabinet dengan dukungan yang cukup dari parlemen yang terdiri dari orang-orang yang jujur dan disegani. Tuntutan ini kemudian berhasil dipenuhi oleh Burhanuddin Harahap selaku formatur yang ditunjuk oleh Hatta. Pada tanggal 11 Agustus 1955, Kabinet yang dipimpin oleh Burhanuddin Harahap diumumkan.

Senin, 11 September 2017

Hiasan Serbaguna dari Limbah Bidangan dan Konveksi

Halo teman-teman!

Bingung memanfaatkan limbah konveksi? Punya bidangan tapi sudah bosan menjahit? Hiasan dinding serbaguna ini mungkin bisa kita coba buat. Karya ini dibuat karena ada limbah konveksi di sekitar saya, serta didukung dengan adanya bidangan yang tak terpakai lain. Sebenarnya, bidangan memiliki banyak potensi untuk dijadikan suatu karya, misalnya hiasan dinding. Namun, karena tak ingin karya ini hanya memiliki nilai hias saja, saya pun menambahkan kantong didepannya sebagai wadah untuk benda-benda kecil di sekitar kita, misalnya untuk kacamata, pulpen, simcard, kunci, bros, kartu, surat, dan sebagainya. Dengan begitu, karya ini tak hanya memiliki nilai hias, namun juga nilai guna dan jual. Selain tidak perlu takut benda-benda kecil kita hilang, ruangan jadi lebih indah dengan adanya hiasan dinding serbaguna ini.

Alat:
-Gunting
-Lem tembak
-Jarum
-Benang
-Jarum pentul

Bahan:
-Limbah konveksi bekas (2 warna kain)
-Bidangan bekas
-Karton bekas
-Benang wol
-Kancing baju
-Renda


Cara membuat:

1.   Sesuaikan kain 1 dengan 2 dengan lingkaran bidangan. Sematkan dengan jarum pentul.




2.      Jahit 2 kain tersebut hingga menyatu. Jahit hanya di bagian setengah lingkaran yang bawah.




3.      Pasangkan kain yang telah dijahit ke bidangan. Pastikan kain terpasang dengan kencang.




4.      Sebagai pemanis, beri renda. Sesuaikan ukuran renda dengan kantong didepan.




5.      Jahit renda memanjang.



6.      Gunting sisa-sisa kain di belakang bidangan.




7.      Rekatkan sisa-sisa kain ke tepi bidangan agar lebih rapi.



8.      Buat aksen pemanis lain, yakni pom-pom dari benang wol. Cara membuatnya:
a.       Lilitkan benang wol ke jari kurang lebih 100 lilitan (untuk pompom besar).
b.      Ikat bagian tengahnya.
c.       Gunting sisi benang yang melengkung.
d.      Rapikan. Pompom pun jadi.



9.      Sambungkan pompom dengan benang yang tengahnya diberi kancing. Variasikan panjang benang.




10.  Tempelkan pompom ke tepi tengah bidangan.




11.  Untuk merapikan bagian belakang, buat pola dari karton sesuai ukuran bidangan.




12.  Beri lubang untuk gantungan, lalu lem karton ke tepi bidangan.



13. Hiasan dinding siap digunakan :)

Untuk mempercantik dinding

Penggunaannya yang serba guna. Untuk alat tulis dan kacamata, misalnya.



Penggunaan lain, untuk bros dan pin.




Bisa juga digunakan untuk berfoto menaruh benda-benda kecil di dalam kantongnya :)


Terima kasih sudah berkunjung di postingan blog ini, sampai jumpa di postingan selanjutnya! πŸ˜ƒπŸ˜ƒπŸ˜ƒ 





Minggu, 30 Juli 2017

DAK, Apa Itu?


DAK. 

DAK.

DAK.


Apa itu?
Bukan, itu bukan suara orang memukul dengan palu ya. Tapi, sesuatu yang sedang hangat-hangatnya dibahas saat ini. Apa sih itu DAK?


Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional
DAK sendiri dibagikan kepada seluruh siswa-siswi sekolah menengah atas Bojonegoro, tanpa terkecuali. Pencairan DAK saat ini mencapai tahap kedua, mungkin diantara kalian sudah ada yang mendapatkannya bukan?
Setelah saya telusuri, ternyata besar DAK Sesuai Surat Bupati Bojonegoro Nomor 15 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2017, pada rekening Dana Alokasi Khusus (DAK) Pemerintah Desa dan Kelurahan sebesar Rp50 miliar. Pencairan sejumlah itu baru tahap pertama. Jumlah total anggaran DAK Pendidikan senilai Rp102 miliar. Fantastik!

Nah, pada tahap pertama pengambilan DAK tahun 2016, besar dana dipukul rata untuk semua siswa, baik yang orang tuanya berprofesi sebagai PNS maupun swasta. Sedangkan pada DAK tahun berikutnya berbeda. Yakni dana yang diberikan sesuai ketentuan berikut:

Rp2.100.000,00 bagi siswa kelas X dan XI yang masuk dalam kategori keluarga miskin/tidak mampu.
Rp1.050.000,00 bagi siswa kelas XII yang masuk dalam kategori keluarga miskin/tidak mampu.
Rp2.000.000,00 bagi siswa kelas X dan XI yang masuk dalam kategori keluarga non-miskin/mampu.
Rp1.000.000,00 bagi siswa kelas XII yang masuk dalam kategori non-miskin/mampu.
Rp1.000.000,00 bagi siswa kelas X dan XI yang masuk dalam kategori keluarga non-miskin/mampu.
Rp500.000,00 bagi siswa kelas XII yang orang tuanya Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan I dan II.
Rp500.000,00 bagi siswa kelas X dan XI yang orang tuanya Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan III dan IV.
Rp250.000,00 bagi setiap siswa kelas XII yang orang tuanya Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan III dan IV.

Syarat untuk memperoleh DAK tahap 2 ini adalah:
-Mendapat pengarahan dari desa serta mendapat slip keterangan penerimaan DAK
-Menuju ke kantor BPR dengan membawa surat rekomendasi dari sekolah, KK, KTP, dan Kartu Pelajar (asli dan fotocopy)

Nah, karena kebetulan DAK saya di tahap kedua masih dalam proses pengambilan, kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya mendapat DAK pada tahap 1 saja. Check it out.


PROSES PENGAMBILAN DAK tahap 1


Saya sendiri, saat pengambilan DAK tahap pertama, terlibat penuh dalam prosesnya. Hal ini karena koordinasi dari pihak DAK, bahwa DAK harus diambil sendiri dan tidak boleh diwakilkan. Berikut prosesnya:
1. Dari ketua RT, saya mendapat panggilan untuk ke balai desa karena proses pencairan DAK tahap pertama ada disana. Sebelumnya saya agak heran, saat teman lain sudah heboh mengambil DAK, saya kok belum ya? Namun ternyata beberapa minggu kemudian saya mendapat panggilan itu. Hal itu membuat saya menarik kesimpulan bahwa proses pengambilan DAK berbeda waktunya, tergantung daerahnya masing-masing.

2. Sampai di balai desa pukul 09.00, luarr biasa ramainya. Saya kira karena jadwal pengambilan berbeda, bakal hanya ada 3-4 orang anak, ternyata saya salah. Jadwal pengambilan DAK bersamaan, sehingga anak satu desa seakan tumplek blek disitu. Alhasil, saya pun harus sabar menunggu dipanggil. Tapi sisi positifnya, saya bisa bertemu banyak teman lama saya disana, hehehe. Jadi tidak terasa menunggu karena bisa ngobrol-ngobrol (Terima kasih DAK karena mampu menjalin kembali tali silaturahmi, hehehe).

3. Menjelang dzuhur, jumlah siswa berkurang setengahnya. Saya melihat bahwa para pegawai desa saat itu cukup cekatan dalam membantu masyarakat. Banyak yang bertanya mengenai DAK, dan mereka melayani setiap pertanyaan itu dengan ramah.

4. "AFINA YURA" suara itu menggema di kepala saya dan sontak saya berdiri dengan tegap, menuju tempat bapak-bapak berkumis yang memanggil nama saya lewat mikrofon. Alhamdulillah. Disuruhnya saya untuk menandatangani daftar nama, lalu diberikannya kertas buku tabungan DAK berwarna hijau, dengan ikon mbak-mbak berkerudung dan mas-mas yang dibawahnya tertulis 'Ayo Menabung'.

5. Saya buka, terdapat digit-digit hitam kecil di dalam kolom tabel tersebut. Melihat keheranan saya, bapak-bapak berkumis tadi berkata "Pengambilan uangnya minggu depan ya, tanggal 10 (kalau tidak salah) langsung kesini". Setelah berterima kasih, saya pun pulang.

6. Tanggal 10, saya mengambil uang DAK di balai desa. Saya terima uangnya sebesar Rp1.200.000,00. Kata pihak desa, sisanya nanti dimasukkan rekening, dan bisa diambil di sekolah.

7. Sekitar 2 minggu, pihak sekolah mengumumkan bahwa sisa Dana Alokasi Siswa sudah bisa diambil. Ada siswa yang memutuskan mengambil separuhnya, sisanya untuk SPP, ada pula yang mengambil utuh. Semua tergantung keputusan masing-masing, yang penting dana tersebut digunakan untuk keperluan sekolah dengan sebaik-baiknya.

8. Dengan ini, DAK tahap pertama dinyatakan CAIR.

TUJUAN DAK

DAK bukan semata mata bagi bagi uang belaka. Dibalik itu, pemerintah tentu punya tujuan penting dalam diadakannya program DAK ini, salah satunya adalah untuk menunjang pendidikan siswa siswi Bojonegoro. Kita tahu bahwa pemerintah Bojonegoro dan bupati kita, Kang Yoto, sangat menggiatkan generasi kita untuk belajar dan terus belajar.
Namun, beberapa siswa tidak semuanya memiliki fasilitas yang cukup untuk mendapatkan pembelajaran yang layak. Oleh karena itu, program ini dibentuk, sehingga tidak ada lagi alasan tidak mampu belajar. Biaya DAK juga mampu meringankan beban orang tua para siswa, karena biaya yang seharusnya digunakan untuk membeli keperluan sekolah misalnya, bisa disisihkan untuk kebutuhan pokok lain.

BAGAIMANA PENGGUNAAN DAK?

Nah, saya sendiri sebagai siswa SMAN 1 Bojonegoro kemarin telah mendapat DAK pertama saya dengan total Rp2000.000,00. Prosesnya walaupun agak panjang,tetapi dana itu berhasil mendarat ke tangan saya saya terima dengan selamat.
Jadi, sudah tak ada lagi alasan untuk tidak bersekolah, karena pendidikan itu wajib hukumnya bagi kita.

Namun eh namun, sebaiknya penggunaan DAK itu sesuai dengan tujuannya ya, yakni untuk kepentingan sekolah. DAK sendiri saya gunakan untuk beberapa kepentingan berikut:
1. Membayar SPP
2. Membayar iuran OSIS
3. Membayar iuran-iuran sekolah yang lain
4. Membeli buku
5. Membeli modul-modul
6. Membeli alat tulis
7. Dsb.


SAY NO TO PUTUS SEKOLAH

Setelah diadakannya DAK ini, sudah tidak ada alasan lagi untuk tidak bersekolah. Karena sekolah adalah ladang ilmu, ilmu adalah pengantar kita menuju kesuksesan nanti.
Mau jadi apa Bojonegoro jika generasinya tidak bersekolah?

Oleh karenanya, saya mendukung program ini karena ini adalah salah satu usaha pemerintah dalam membantu siswa-siswi Bojonegoro dalam menunjang pendidikan. Saya juga berterima kasih pada Pemerintah Kabupaten Bojonegoro karena telah merealisasikan program ini, sangat bermanfaat bagi kami :) Adanya DAK menunjukkan bahwa Pemerintah Bojonegoro peduli penuh terhadap masa depan generasinya.

Semoga kita, generasi-generasi muda Bojonegoro, bisa mewujudkan amanah dengan baik, meraih kesuksesan, dan memberi kontribusi besar terhadap Bojonegoro kita ini nantinya :) Aamiin.

Selasa, 06 Agustus 2013

2 Komik Favorit



Hello aku kembali keesokan harinya ^^
Um yea aku pernah bilang bahwa aku sangat suka membaca..... koran, ensiklopedi, novel, cerpen, dongeng, sampai........ komik ! yea komik ! jenis buku ini lah yang memenuhi rak buku ku walaupun tak sebanyak cerita dan buku pengetahuan... (-_-) oke.

Sebenarnya... kali ini aku tak ingin mencertitakan tentang berapa komikku atau apa itu komik atau apa lah sebagainya yang hanya bualan pengetahuan biasa. namun aku ingin menceritakan tentang 2 komik favorit dari sekian komik favoritku yang kudapat dari peminjaman komik... #cukup miris memang. hahaaa lupakan saja... siapa tau kalian pun tertarik untuk membacanya karena ini komik cukup recomended bagiku ^^.......... hmm kita bahas saja yang pertama ya :


1. YOTSUBA & !


Author:Kiyohiko Azuma
Yotsuba adalah seorang anak cewek berumur 5 taun yg diadopsi Koiwai, seorang penulis [aku lupa pekerjaannya, kayaknya sih emang penulis] . singkat cerita,

inti komik ini adalah ketika Yotsuba menanyakan hal" yang ia tidak ketahui. Misalnya, ketika Koiwai mengeluh kaset pinjamannya jelek, maka esoknya ketika ia mengembalikan kaset tersebut ke rentalnya Yotsuba berkata, "Kata Ayah, kaset yang ini jelek." Lho kan ?? Padahal kita akan sangat tidak enak hati jika mengeluh pada seseorang. Tapi kepolosan Yotsubalah yg membuat kita tertawa :D

satu ulasan lagi: kenapa judulnya Yotsubato! Bukannya Yotsuba! ?
Kata 'to' adalah terjemahan dari 'dan' yang berkaitan dengan judul" pada setiap chapternya. Misalnya, Yotsuba dan Awan, Yotsuba dan Matahari, dan sebagainya.
DISINI JUGA ASAL USUL SI DANBO



oh danbo~



2. DEATHNOTE






Author:Tsugumi Ohba & Takeshi Obata
komik yang udah diakui sampe ke luar negeri saking bagusnya. art-work nya juga keren dan bikin seneng mata karena kebanyakan tokoh-tokohnya cakep. hehe

berkisah tentang Light Yagami, murid SMA jenius yang benci dengan kejahatan. secara tak sengaja, dia menemukan sebuah buku yang awalnya dikiranya catatan bertuliskan,DEATH NOTE. Light yang awalnya tak percaya pada buku itu, akhirnya membawa pulang buku itu ke rumah. dia pun bertemu shinigami [dewa kematian] bernama Ryuk.

dari situ, niat Light untuk membuat dunia damai menjadi niat yang membuatnya harus memakai Death Note tersebut. perlahan-lahan Light yang awalnya baik berubah menjadi keji. tak lama kemudian, muncullah sosok bernama L yang bermaksud menghentikan perbuatan Light karena pembunuhan penjahat semakin merajalela.

apa selanjutnya yang terjadi pada Light? dan apa yang akan dilakukan oleh sosok bernama L tersebut?? baca aja sendiri deh. bagus kok, ini komik. 2 thumbs up!!

FYI = selain komik, Death Note juga ada versi anime, dorama, dan live action-nya lho!!! hehe



Hehe.............

sedikit penjelasan, komik pertama aku recomended kan buat kalian yang suka komik rumahan(?) yang tidak meras otak. tapi kalo baca yotsuba itu kalian harus berperasaan banget, karena azuma sensei nggambarin komiknya itu bener bener tiap panel itu ada feelnya. kayak bikin animasi stop motion gitu. aku bacanya seneng, soalnya itu jadi kerasa apa yang yotsuba rasain di sekelilingku jadi ikut gitu scene nya. padahal sekelilingku cuma kamar berantakan+chitato bertebaran jadi serasa kaya di padang rumput. bener deh! tapi itu sih mungkin imanjinasi ku ya, perasaan seorang gadis aneh, hahaha -_-

yang kedua, recomendeeeeeed banget buat kalian yang suka pengetahuan, sesuatu yang berhubungan dengan meras otak + fantasy.. juga........ cowok ganteng yang misterius. hahahaha  lupakan -_-
saranku sih ya, kalo kalian baca deathnote itu mending kalian nebak nebak deh, perhatiin aja kata kata disetiap panelnya, yang emang bejibun huruf di tiap balon katanya. enggak recomended buat yang ga suka mikir, tapi recomended buat yang suka cerita berkualitas. sip.

nah... maybe kita udah dapet pelajaran dari post ini. saat membaca komik:
1. rasain feelnya
2. buat hatimu tertarik dengan mancing keingintahuan dari gambar yang dibuat. (lupakan soal cerita)

siapapun makasih udah baca post an ini... semoga hari kalian menyenangkan. teruskan hobi kalian membaca buku namun jangan lupakan belajar. see ya at the next post oke, 


au revoir! ^^

Hello !

Hello...
Perkenalkan....... namaku Afina Yura, biasa dipanggil Afina di dunia nyata namun aku lebih suka menggunakan nama "Yura" di dunia maya. Aku? adalah seorang gadis kelahiran Bojonegoro, 8 September. Aku? aku adalah gadis aneh yang suka menulis, menggambar (sangat), fotografi, dan..... membaca? of course. Terlalu banyak buku di rumah yang menyebabkan aku suka membaca. sangat suka. hmm keluargaku? seperti keluarga kebanyakan, aku lahir dari ayah dan ibu yang sangat kusayangi, melahirkanku untuk menemani ketiga saudaraku...., AGHNIA LAYALIA .. kakak yang memberi perlindungan... AZKA SADIDA... si pengingat yang bijaksana dan kadang aneh, aku akui itu. AHDA FARIHA... kakak yang selalu menemaniku bermain(?) .. dan almarhum kucing yang selalu kukenang bernama CIPO... Cipo Syaimintok.. (nama yang aneh) haha, tapi aku suka itu.

Hmm.. aku bahagia dengan apa yang aku miliki sekarang.
Apakah cukup perkenalannya? hmm sebenarnya aku membuat blog ini hanya untuk tempat curahan hatiku, tempat membagi ceritaku dan tempat dimana mungkin kalian bisa menemukan pengalamanku yang mungkin pernah kalian alami sendiri .... yah... semoga kalian senang dengan "experience" ku selanjutnya... yang mungkin akan tertulis dengan kalimat kalimat aneh ku, imajinasi ku yang terbatas, yang tertuang oleh tangan gadis umur 13 tahun. au revoir!








sky above my house (ga penting) but i like it... eheheh i love sky soooo much...




see you at the next story. au revoir!

KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN EKONOMI

1) Hubungan Sistem Gerakan Benteng Soemitro Djojohadikusumo dengan Kebijakan Ekonomi Masa Kini   Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan ...